ARTIKEL HPN/2022
Aktivitas jurnalistik tidak mungkin dilepaskan dari peran jurnalis. Jurnalis memiliki sebutan lain, seperti: wartawan, pemburu berita, pewarta, reporter, newsgetter, press man, kuli tinta, atau nyamuk pers.
Hakikatnya, jurnalis adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan dan atau tugas-tugas jurnalistik secara rutin.
Jurnalis dapat dikatakan sebagai orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita. Tentu, targetnya adalah berita yang ditulis jurnalis dapat dipublikasikan di media massa; baik media cetak, media elektronik maupun media online.
Dilansir dari beberapa Buku tentang Jurnalistik, tugas jurnalis terdiri dari: 1) menyajikan fakta, 2) menafsirkan fakta, dan 3) mempromosikan fakta. Berkaitan dengan tugas jurnalis tersebut, siapapun dapat memaknainya masing-masing. Namun, kata kuncinya terletak pada fakta, sesuatu yang nyata terjadi.
Beratnya tugas jurnalis, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi seorang jurnalis. Syarat utama menjadi jurnalis, sejatinya adalah: 1) mampu melenyapkan perasaan rendah diri dan 2) mampu mengurangi perasaan tinggi hati. Syarat yang sederhana namun realisasinya sulit. Itulah kehebatan seoarang jurnalis.
Maka untuk menjadi jurnalis yang professional, setidaknya diperlukan 10 (sepuluh) kompetensi jurnalis, yaitu: 1) keterampilan menulis, 2) keterampilan berbicara, 3) mampu melakukan riset dan investigasi, 4) memiliki pengetahuan standar tentang topik yang akan diberitakan, 5) memiliki kemampuan teknologi internet, 6) kemampuan audio visual, 7) mampu menggunakan teknologi komputer, 8) memahami etika, 9) berpengetahuan hukum atau legal, dan 10) memperhatikan karier.
Bila ditinjau dari jenisnya, jurnalis dapat dikategorikan 3 (tiga) yaitu:
- Jurnalis Profesional, menggantungkan hidupnya pada profesinya/perusahaan media, bersifat terikat dan cenderung idealis-politis, dan memiliki dedikasi terhadap profesi kewartawanan.
- Jurnalis Free-lance, menggantungkan pada profesi namun tidak terikat, lebih bebas dalam menyerahkan karya jurnalistiknya, cenderung idealis-komersial, dan memiliki dedikasi yang tidak terukur.
- Jurnalis Amatir, tidak menggantungkan hidup pada profesi, bersifat tidak terikat dan hanya untuk kegemaran, cenderung idealis politis-komersial untuk tujuan yang lebih jauh.
Sejalan dengan dinamika peradaban dan kehidupan di masa kini, jurnalis yang setiap hari berjuang menyajikan berita dan informasi kepada publik dihadapkan pada tantangan yang kian berat. Berpeluh keringat di lapangan saat liputan dan harus mengejar deadline, maka ada 4 (empat) acuan yang perlu diperhatikan pula terkait dengan jurnalis, antara lain:
- Jurnalis tidak hanya soal menulis berita. Tapi jurnalis pun harus mampu melakukan liputan dengan efektif dan mampun melihat “angle” sudut pandang berita yang menarik punlik. Bahkan jurnalis pun harus memiliki kemampuan “membaca data” dan audio visual, termasuk fotografi.
- Jurnalis harus mengikuti “informasi terkini” tentang apapun. Karena jurnalis biasanya menjadi tempat bertanya banyak orang. Maka jurnalis harus mengikuti tiap perkembangan informasi dan memiliki wawasan yang luas.
- Jurnalis harus memiliki “network’ atau jaringan relasi yang luas. Karena jaringan relasi akan menjadi sumber berita atau menjadi tempat bertanya untuk keperluan penyusunan berita. Apalagi bila relasinya “orang penting”. Akses jurnalis menjadi lebih mudah bila memiliki jaringan relasi yang luas.
- Jurnalis harus tangguh dan tahan banting. Karena tugas jurnalistik sangat berat dan penuh tantangan. Maka jurnalis bukan hanya harus punya fisik yang tangguh. Namun harus punya mental yang kuat. Bayangkan bila jurnalis harus mencari dan mengejar berita, dari pagi hingga larut malam. Menunggu konferensi pers, bahkan harus mewawancari narasumber. Pekerjaan yang tidak kenal waktu seorang jurnalis membutuhan sikap tangguh dan tahan banting.
Agus Eot menyimpulkan bahwa Jurnalis bukan hanya sebuah profesi. Tapi pekerjaan yang menantang. Agar mampu menyajikan berita yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
(Penulis/karya AGUS WAHYUDIN Ketua FPRN Jabar)