ARTIKEL.Jacob Ereste,ekspresinews.com
Kendati hujan sudah membasahi bumi Indonesia, toh tidak juga mampu mendinginkan suhu politik yang justru semakin memanas mendekati waktu pelaksanaan Pemilu tahun 2024.
Bahkan di berbagai daerah, gelontoran Sembako dan bagi-bagi uang tunai dilakukan secara terbuka, tanpa Tedeng aling-aling misalnya sekedar untuk menjaga etika politik yang sehat dan elegan. Karena itu, teror sembako dan uang yang dibagikan secara terbuka perlu disikapi oleh rakyat secara lebih bijak. Mungkin ada baiknya semua pemberian dan bingkisan itu diterima saja tanpa harus merasa berkewajiban untuk memilih kandidat yang mengirimkan bingkisan itu, baik dalam bentuk sembako maupun uang tunai. Toh, harga beras dan gula misalnya hari ini harus dibeli dengan harga yang terus naik gila-gilaan.
Boleh jadi, baiknya harga bahan makanan pokok itu, karen selalu membuat stok di pasar terkuras, akibat diborong habis oleh para relawan dari Calon kandidat yang hendak mengikuti kontestasi dalam Pemilu 2024. Harga spanduk dan baliho pun ikut meraup kesempatannya yang langka, karena hanya memiliki masa panen besar saat menjelang Pemilu dan Pileg atau Pilkada.
Karena itu, rakyat pun bisa bersikap lebih cerdas, tak perlu ngotot menolak pembagian sembako maupun uang tunai yang digelontorkan secara terbuka dan terang-terangan itu. Sebab kalau ditolak, toh tidak mengubah sikap politik yang culas itu. Lagian, sebagai rakyat akan lebih baik tidak mencari masalah, hanya gara-gara tak hendak menerima pemberian sembako dan uang sekedarnya itu, akibatnya dapat dimusuhi atau bahkan mendapat teror yang tidak yang justru membuat suasana kebatinan tidak merasa nyaman atau bahkan jadi terancam.
Karenanya, sikap yang lebih bijak adalah menerima saja pembagian sembako dan uang tunai yang diberikan secara suka rela itu dengan tetap bersikap teguh untuk tidak mengubah pilihan kandidat terbaik seperti yang telah menjadi ketetapan hati bagi kita yang terbaik untuk menyelamatkan masa depan bangsa dan negara kita.
Sebab, jika salah dalam menyikapi semua pemberian yang digelontorkan oleh pihak kandidat tertentu itu, konsekuensinya pun kita akan diposisikan sebagai musuh, padahal hak menentukan pilihan itu adalah satu diantara sedikit dari kedaulatan kita yang tersisa.
Sedangkan dengan menerima semua gelontoran beragam bentuk bingkisan dari para pihak kandidat yang hendak bertarung dalam pemilihan itu, toh tidak seorang pun boleh ikut campur dalam menentukan pilihan yang telah menjadi ketetapan hati kita sejak awal.
Agaknya, sikap bijak untuk menerima semua pemberian yang dilakukan dari pihak manapun — untuk mengoyahkan pilihan yang telah menjadi ketetapan hati kita itu, dapat menjadi pelajaran yang baik bagi mereka yang masih percaya bahwa politik uang atau pemberian dalam bentuk yang lain — termasuk janji-janji yang kesungguhannya kosong itu — akan membuat mereka menjadi kapok dan jera, bahwa kita sebagai rakyat hari ini sudah semakin cerdas. Karena, toh tidak memberikan pilihan yang sesuai dengan harapan mereka itu, tidak akan ada sanksi apa-apa yang dapat mereka lakukan terhadap kita.
Teror sembako dan politik uang yang semakin marak dan fulgar dilakukan ini memang cermin dari etika politik kapitalis yang selalu egoistik, mementingkan dirinya sendiri. Maka dengan cara mengambil bingkisan dan uang yang ditebarkan dengan kepongahan itu, rakyat bisa memberi pelajaran yang baik, hanya dengan cara tetap mengambil apa pun pemberian yang mereka bagikan, tapi rakyat tetap memilih sesuai dengan selera dan keyakinan yang telah ditetapkan di dalam hati.
Agaknya, hanya dengan sikap bijak seperti itu, rakyat pun dapat memberi pembelajaran yang baik, agak dikemudian hari tidak lagi mengulang cara berpolitik yang tidak sehat itu.
Jadi akan lebih baik kita ambil saja apapun yang mereka berikan itu, tapi ketetapan hati kita pada pilihan sosok kandidat yang kita anggap paling ideal untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, menjadi pilihan kita tanpa keraguan maupun kesangsian. Sebab kita tetap memiliki akal yang sehat dan waras guna menyelamatkan anak dan cucu kita juga.
Banten, 30 Desember 2023