Search
Tertarik Pasang Iklan ? Hubungi

Ormas NU dan Muhammadiyah perjuangkan Indonesia merdeka

IMG-20230122-WA0004

Ormas NU dan Muhammadiyah perjuangkan Indonesia merdeka

*LEBAK BANTEN,ekspressinews.com* Organisasi Kemasyarakatan terbesar Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 dari tangan penjajahan. “Saat itu, belum ada TNI dan Polri, tetapi kaum sarungan Ormas NU dan Muhammadiyah yang memerdekakan Indonesia,” kata Ketua Komisi Penanggulangan Ekstrimisme,Terorisme dan Bencana Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak Abdur Rosyid dalam Dialog Kebangsaan mempersempit ruang gerak ekstrimisme,terorisme dan paham radikalisme di Lebak, Rabu. Ormas NU yang lahir tahun 1926 dengan semangat membela dan berjuang untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat ini, Indonesia negara cukup besar dengan keanekaragam perbedaan suku, agama, bahasa dan budaya harus dijaga dengan baik juga memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, terbentuknya negara itu ada empat pilar antara lain adanya wilayah, rakyat, pemerintah dan pengakuan dari negara lain.Perjuangan kaum santri itu kini merasa lega setelah presidenya santri maka ada hari santri juga pemerintah mengakui pendidikan santri bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi “Santri bagian garda terdepan untuk bangsa ini dan menolak terorisme serta radikalisme,”katanya.Wakil Ketua MUI KH Aom mengatakan pihaknya menolak terhadap terorisme maupun radikalisme dari mana agamanya. Sebab, agama tidak mengajarkan dengan cara kekerasan, bahkan berbicara lisanpun tidak boleh berbuat buruk sangka kepada orang lain. “Kita tidak boleh melakukan tindakan kekerasan, apalagi sampai membunuh,” katanya. Sedangkan, pendapat Kepala Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Lebak Sukanta mengatakan konsensus empat pilar kebangsaan yakni ideologi Pancasila, Kebhinekaan Tunggal Ika, Undang- Undang Dasar 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati.Pilar kebangsaan itu tidak bisa ditolak oleh kelompok siapapun maupun golongan suku, agama manapun. Sebab, empat pilar kebangsaan itu dibangun berdasarkan kesepakatan para pejuang, para ulama, tokoh pemuka agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha untuk mendirikan bangsa. Artinya, kata dia, konsensus empat pilar kebangsaan itu harus dijaga bersama dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Jika kita menolak dan tidak menerima empat pilar konsensus kebangsaan itu maka masuk penghianat negara,” kata Sukanta. Sementara itu, pendapat Satgas Detasemen Khusus (Densus) Hari Mulyono mengatakan saat ini di Banten masih ada beberapa jaringan teror yang masih aktif dan masif,meskipun dibawah tangan namun mereka memberikan pemahaman terhadap masyarakat yang awan. Para jaringan teror itu mencari masyarakat awan untuk banyak sedekah dan di Kabupaten Lebak tahun 2014 pernah dialami oleh dokter Syarief. Dana sedekah itu untuk digunakan membeli senjata dan membantu kelompoknya di Suriah. Padahal, dokter Syarief itu seperti masyarakat biasa, namun direkrut oleh kelompok jaringan teror hingga akhirnya ditangkap Densus 88.Namun, setelah keluar dari penjara, semakin menjadi dan mereka bersama keluarga pergi ke Suriah dan hingga sekarang belum diketahui nasibnya, Apakah sudah mati atau belum, karena sudah tidak ada informasinya. Karena itu, Devisi Pencegahan Teror Densus memberikan edukasi dan wawasan kepada masyarakat supaya jangan sampai masuk jaringan teror. Saat ini, kata dia, di Banten masih ada beberapa jaringan teror yang masif, seperti Jaringan Islam (JI) yang hingga masih perekrutan dan kelompok JI itu luar biasa. Selain itu juga jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS hingga kini masih perekrutan.Dengan demikian, pemahaman jaringan terorisme itu bisa disebar melalui media sosial, karena salah satunya warga Kabupaten Lebak masuk jaringan terorisme dan kini sudah keluar penjara serta kembali menerima NKRI. Rekrutmen terorisme itu pertama dicuci otak dan diberi doktrin-doktrin sehingga mereka bersikap intoleran dan radikalisme, sehingga tidak menghormati terhadap bendera merah putih dan menolak menyanyi kebangsaan serta menolak budaya. Mereka juga memiliki sikap eklusif dan tidak mau bercampur dengan masyarakat dan jika di kampung setiap malam Jumat membaca yasinan, namun mereka tidak mau11 bergabung dengan warga setempat. “Kita minta masyarakat tetap waspada terhadap jaringan teror itu,” katanya.(Biro/WAG-SWB/Redaksi)#Diakses media cetak AMPER@ PressTASI dan PUSAKA📱081802391556.083148223467.

Berita Lainya...

Verified by MonsterInsights