Search
Tertarik Pasang Iklan ? Hubungi

Kisah Makam Pangeran Suramanggala (Tubagus Kacung) Di Desa Kawunggirang Majalengka

IMG-20220601-WA0013.jpg

Kisah Makam Pangeran Suramanggala (Tubagus Kacung) Di Desa Kawunggirang Majalengka

MAJALENGKA,ekspressinews.com
Makam Pangeran Suramanggala (Mbah Tubagus Kacung) bin Sultan Zainul Asyikin terletak di komplek makam Mbah Bahim, desa Kawunggirang kecamatan/kabupaten Majalengka Jawa Barat. Mbah Bahim adalah nama panggilan yang populer untuk Syekh Ibrahim Kawunggirang seorang Waliyullah dan dai yang menyebarkan Islam pertama kalinya di wilayah Kawunggirang, putra dari Syekh Lathifuddin bin Syekh Faqih Ibrahim Cipager bin Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Mbah Bahim sendiri adalah bapak mertua dari Pangeran Suramanggala.

Lokasi makam Pangeran Suramanggala berjarak 19 km dari lokasi makam kakak terdekatnya yaitu Pangeran Suralaya (Mbah Tubagus Nursalim) bin Sultan Zainul Asyikin yang berada di Depok Singawada Radjagaluh Kidul Majalengka.

Berbeda dengan kondisi makam sang kakak yang mudah dikenali masyarakat karena terletak dalam bangunan makam dan tertulis nama lengkapnya, makam sang adik pada awalnya tidaklah mudah dikenali masyarakat maupun peziarah karena kondisi makam yang hanya ditandai batu kali, tanpa tertulis nama dan tanpa shelter (saung) pelindung, terbuka begitu saja. Para peziarah seringkali tertukar dengan dua pusara yang berada di dalam bangunan makam Mbah Bahim yang berjarak kurang lebih 20 m sebelah Utara. Bila tidak disertai kuncen, mereka akan mengira bahwa itu adalah makam bapak mertua dan menantunya. Padahal kedua makam itu adalah makam Mbah Bahim beserta istrinya, sedangkan makam menantu berada kurang lebih 20 m kearah Selatan, terpisah jalan pejalan kaki yang melintang dari Timur ke Barat. Kekeliruan ini bisa saja terjadi karena asumsi masyarakat luar, makam seorang Waliyullah atau mantan sultan pada umumnya dikeramatkan, dilindungi saung atau bangunan dengan batu nisan berciri khusus. Sebagaimana makam bapak mertua, makam kakaknya yang berada di Radjagaluh, demikian juga makam sang putra yang bernama Tubagus Muhammad Sholeh (Mbah Sholeh pendiri desa Kertabasuki) yang berlokasi di kampung Pesantren Kertabasuki Majalengka (kurang lebih 700 m arah Tenggara) juga ternaungi dalam bangunan makam dan tertulis namanya. Kondisi ini menimbulkan keraguan dan pertanyaan, mengapa makam seorang Waliyullah, ahlul bayt Rasulullah saw yang juga Sultan Banten yaitu Mbah Tubagus Kacung selama lebih dari 100 tahun tidak diperbaharui kondisinya. Tentu ada penjelasan terkait kondisi makam Mbah Tubagus Kacung ini.

Menurut riwayat yang beredar luas baik dikalangan ulama, umara, pengurus makam maupun kalangan masyarakat terutama para sesepuh disekitar wilayah makam beliau, Mbah Tubagus Kacung berpesan kepada anak keturunannya agar saat beliau meninggal kuburnya jangan dimewah-mewah dan jangan pakai pengenal, biarkan saja apa adanya. Sehingga wajar saja kondisi makam beliau selama lebih dari 100 tahun tidak mengalami perubahan dan dibiarkan sesuai kondisi aslinya. Kendati demikian, bukan berarti sebelumnya tidak pernah ada upaya untuk memperbaharui makam dalam rangka memuliakan beliau sebagai Waliyullah. Beberapa kali ada upaya pembuatan “saung” diatas makamnya, namun selalu saja keesokan harinya tiang-tiang “saung” terlepas dan hancur, mengesankan bahwa arwah beliau memang tidak ridha bila makamnya diperbaharui. Pada akhirnya makam beliau dibiarkan begitu saja.

Disatu sisi, menurut riwayat beliau ini memang hijrah ke Majalengka dengan melepaskan ciri kebantenannya untuk menghindari kejaran kolonial Belanda yang mata-matanya tersebar di kota-kota besar saat itu. Dan faktanya Belanda memang masih menjajah Nusantara sampai tahun 1942. Tahun berganti tahun dari sejak beliau dimakamkan, demikian pula putra beliau yaitu Tubagus Muhammad Sholeh telah tiada dikurun masa penjajahan Belanda, cucu-cucu beliau pun telah tiada dan sebagian besar telah menyebar dan dimakamkan diwilayah lain. Seiring bergantinya abad maka keberadaan makam dan riwayat hidup beliau kian tersamarkan karena informasi yang ada hanya berpatokan pada cerita mulut ke mulut, generasi ke generasi yang sebagiannya telah pindah menetap diluar wilayah Kawunggirang.

Sekitar tahun 1940, seorang tokoh ulama Majalengka yang bernama KH. Abdul Halim Asmoro menunjukkan dimana letak persis makam Mbah Tubagus Kacung (Pangeran Suramanggala) dengan menggunakan tongkatnya, beliau mengarahkan letak tempat peristirahatan terakhir Mbah Tubagus Kacung yang penulis maksudnya diatas. Sebelumnya, rute haul dan ziarah akbar tahunan yang dipimpin Alm. KH. Abdul Halim Baribis (sama-sama Abdul Halim, tapi beda orang dan keduanya bersahabat) urutannya adalah ke makam Tubagus Muhammad Sholeh (Mbah Sholeh) di kampung Pesantren Kertabasuki, kemudian dilanjutkan ke komplek makam Mbah Bahim. Namun setelah ditunjukkan oleh KH. Abdul Halim Asmoro bahwa makam ayahnya Mbah Sholeh berada di dekat makam Mbah Bahim Kawunggirang, maka sejak saat itu hingga sekarang rute ziarah dan haul akbar tahunan dirubah urutannya jadi ke makam Mbah Kacung Kawunggirang dahulu, baru setelah itu ke makam putranya di Pesantren Kertabasuki. Sebelumnya banyak masyarakat yang tertukar-tukar mana makam ayah mana makam anak.

Informasi yang diberikan KH. Abdul Halim Asmoro sangat terpercaya mengingat beliau adalah cicit dari Pangeran Suralaya bin Sultan Zainul Asyikin, kakak dari Pangeran Suramanggala. Beliau adalah putra dari Penghulu Iskandar bin Kyai Abdul Qomar (Penghulu Talaga) bin Pangeran Suralaya (Tubagus Nursalim) bin Sultan Zainul Asyikin. Dan beliau pun tercatat sebagai salah satu dari lima tokoh ulama yang menyimpan manuskrip silsilah raja-raja keturunan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Dari beliau pula keluarga besar yang ada di Radjagaluh Kidul maupun Kertabasuki memperoleh data silsilah yang kemudian secara estafet mencatat keturunan Pangeran Suramanggala maupun Pangeran Suralaya hingga sekarang, karena diantara turunan keduanya banyak terjadi pernikahan seleluhur.

Salah satu cucu Pangeran Suramanggala yaitu Kyai Arjaen (Kyai Munari) bin Tubagus Muhammad Sholeh bin Pangeran Suramanggala yang menjadi penghulu atau qadhi di Keraton Kanoman menikah dengan Nyai Zaenab putri dari Pangeran Suralaya dari istri keduanya (Nyai Aisyah binti Kyai Baedowi atau Rifali). Kyai Arjaen setelah menikah dengan Nyai Zaenab menetap lama di Radjagaluh Kidul sebelum kemudian pindah ke Kanoman Cirebon. Demikian juga salah satu cicit Tubagus Kacung yang bernama Kyai Ismail Sayuthi putra dari Kyai Sholeh bin Tubagus Muhammad Sholeh menikah dan menetap di Radjagaluh Kidul hingga wafatnya. Sehingga apabila kita ingin menggali informasi terkait Tubagus Kacung (Pangeran Suramanggala) beserta sebagian besar keturunannya, maka setidaknya para sesepuh dan kyai di kedua tempat ini yaitu Kertabasuki dan Radjagaluh Kidul adalah sesuai untuk dikunjungi karena beberapa orang dari keluarga besar mereka masih menyimpan dan terus mendata keturunan dari Pangeran Suramanggala ini.

Nama Kacung ini nama samaran, nama aslinya adalah Tubagus Bunyamin. Sedangkan Pangeran Suramanggala adalah gelar beliau di Kesultanan Banten.

Dalam catatan silsilah, Mbah Tubagus Kacung hanya meninggalkan satu putra yaitu Tubagus Muhammad Sholeh yang merupakan pendiri pesantren sekaligus desa Kertabasuki. Para putra dan putri dari Tubagus Muhammad Sholeh yang tercatat antara lain:

  1. Nyai Madani
  2. Nyai Juhari
  3. Nyai Angrum
  4. Kyai Sholeh (Anom)
  5. Nyai Suki
  6. Kyai Munara (Muhyiddin)
  7. Kyai Munari (Arjaen)
  8. Nyai Mudrikah (Muniroh)
  9. Nyai Jamilah
  10. Nyai Idris
    Sepeninggalnya Mbah Sholeh (Tubagus Muhammad Sholeh), anak laki-laki tertuanya yang dipanggil dengan nama yang sama yaitu Kyai Sholeh meneruskan pengajaran di Pesantren Kertabasuki hingga wafatnya dan dimakamkan dekat sang ayah di Kertabasuki. Sementara Kyai Munara dan Kyai Munari (saudara kembar) pindah dari Kertabasuki, menjadi tokoh pemuka agama maupun penghulu di wilayah lain di Majalengka dan Cirebon. Kyai Munara dimakamkan di desa Andir Jatiwangi, sementara Kyai Munari dimakamkan di Kamalaten Cirebon.

(Biro/Mangbetu-WAG.AB/Redkemendikbud)

Diakses MC Bulletin AMPER@ PressTASI dan PUSAKA

📱081892391556.
083148223467

Berita Lainya...

Verified by MonsterInsights