Acara buka puasa bersama di kampung kami akhirnya terlaksana juga pada hari ketiga ramadhan dengan lauk pauk serta pangaban dan minuman spesial yang khas, jarang bisa dinikmati oleh orang kota.
Nasi liwet (tanak) asli dari kebon tetangga hingga aromanya yang harum menonjok keangkuhan selera yang juga terpesona pada aneka pepes ikan hingga belut serta tempe dan tahu.
Lauk pauk serba pepes ini kukira sudah terlengkap dalam khazanah kuliner kelas dunia di mana pun. Apalagi pepes belut tergurih lalu kenyusul kemudian.
Dalam pengantar acara buka bersama keluarga dan tetangga se-kampung kami, Pak Lurah tegas menampik untuk memberi sambutan, agar dis tidak terkena delik larangan buka puasa yang menjadi kebijakan Prediden yang tidak bijak itu.
Mas Karto Gelinding yang didampingi Chairul Sah dalam membuka acara buka puasa secara resmi ini — hingga terkesan lebih meriah dari acara buka bersama kalangan selebritis di Jakarta, pada hari yang sama ketika pemerintah memaklumatkan acara buka puasa bersama itu haram — toh tidak kalah meriah, jika tidak bisa dikata lebih asyik, lebih familiar, meski tak ada sambutan resmi dari ketua partai maupun calon kandidat presiden paling kuat untuk melibas semua pesaing dalam Pilpres itu nanti, seandainya Pilpres kali ini tidak juga curang seperti pelaksanaan Pilpres sebelumnya di negeri Pancasila ini.
Pendek kata, acara buka puasa bersama di kampung kami kali ini bisa dipastikan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya yang justru tidak ada larangan untuk ASN, TNI dan Polri. Sehingga Pak Kodim yang tidak bisa mengadakan acara buka bersama di kantornya, seakan memiliki do’a yang lebih panjang akibat tersumbat secara kedinasan. Walhasil, lauk pauk yang tersaji secara khusus dan spesial pada acara buka puasa bersama pada tahun ganjil ini, lengkap dan komplit. Mulai dari sayur rebung yang super enak karena diracik dengan jamur khas hutan liar, pasti tidak cuma akan membuat decak kagum setiap orang yang pernah menikmatinya, tapi bisa mengumbar kangen dan selera yang tersumbat.
Belum lagi ragam buah-buahan yang ditata apik oleh Mak Inah. Ada buah sirsak yang mengkal hingga super empuk seperti buah Nona dan Srikaya yang tak gampang dibeli di Pasar Buah Tebet sekalipun.
Belum lagi minuman air enau sulingan yang dikenal sebagai biang untuk membuat gula merah. Begitu juga buah kulang kaling yang murni putih tanpa pewarna, bisa dikucuri dengan gula aren yang sudah dibuat cair. Atau, cuma ingin meneguk es dawet (cendol) yang sering dianggap oleh orang kota itu sebagai minuman kampungan.
Pak Kadi yang juga menjadi aktivis Mesigit (Masjid) justru berkomentar seperti sedang mengigau. Acara buka puasa bersama keluarga dan tetangga kita di kampung kali ini — setelah ada larangan dari pemerintah — kok ya, jadi lebih terasa meriah dan bersuana ramah tamah yang sungguh mesra. Dan sekedar dugaan karena acara buka puasa bersama tidak bisa dilaksanakan oleh instansi atau lembaga yang ada di lingkungan pemerintah.
Walhasil, kata Pak Solaeman acara buka puasa bersama kita ini perlu diadakan setiap minggu, misalnya setiap hari Jum’at yang dirasa paling banyak berkahnya. Sebab banyak soal yang perlu dibicarakan bersama dalam menata model kerukunan di kampung kita. Tak boleh sekehendak hati Pak Lurah sendiri, seperti di kampung sebelah yang tak pernah bisa akur dan rukun.
Pak Solaeman pun memuji masakan sehat hasil buah tangan Ibu-ibu rukun tetangga, tetutama sambel pete cina yang lezat dibaur ikan teri Medan serta sedikit tahu dan tempe serta huah lincak muda yang lembut dan legit itu.
Yang tidak kalah penting dari acara buka puasa bersama hingga beakhir memasuki waktu sholat tarawih, banyak soal sudah terbahas dari sejumlah masalah yang diungkapkan oleh warga kampung kami. Sehingga atas dasar ragam masalah yang harus diatasi bersama itu, maka acara buka puasa bersama sepakat untuk terus dibuat di tempat yang sama, di lapangan badminton yang ada disebelah Mesigit/Masjid. Hingga seusai acara buka puasa bersama, semua yang hadir bisa terus sholat di Mesigit.
Banten, 26 Maret 2023