Negara Kertagama dalam Kakawin karya Empu Prapanca yang melukiskan tentang Kerajaan Majapahit semasa kekuasaan Rajasanagara yang lebih dikenal dengan sebutan Hayam Wuruk, menerangkan tentang masyarakat Jawa Kuno ketika itu serta tentang sosok penulisnya yang juga acap disebut penyair.
Yang menarik Negara Kertagama merupakan kitab sumber dari Pancasila yang menginspirasi Bung Karno dalam menyusun dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti pengakuan Bung Karno sendiri dalam autobiografi “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat” (hal 240) dan dikutif dalam buku pada Pengantar Penerbit halaman vii. Dan naskah Negara Kertagama ini pun diakui secara resmi dalam daftar Memory of the World Unesco.
Secara terperinci pulau dan daerah yang berada dibawah Kerajaan Majapahit yang pertama adalah Melayu, Jambi, Palembang, Lampung, Kandis, Siak, Rokan, Kampar, Minangkabau, Toba, Barus, dan Damasraya serta Pane hingga Perlak berikut Batam.
Semenara di bagian Timur ada Kerajaan Tanjung, Kapuas, Katingan, Sampit Kutalingga hingga Kotawaringin di Sambas dan Lawai. Syahdan itulah semua wilayah yang dimaksudkan sebagai bagian dari Nusantara, termasuk Kedangdangan, sampai Landa serta Sumedang hingga Tirem. Bahkan Brunei, Barito dan Tanjung Kutai, Milano dari Tanjungpura.
Pada bagian Timur Pulau Jawa tercatat juga Bali, Bedahulu, Gua Gajah, Taliwang, Dompu, Bima. Hutan Kadali yang menjadi berada dalam satu daerah.
Lalu disebutkan pula sebuah Pulau bernama Lombok Merah, Sasak dan Luwuk di Sulawesi yang bergabung di bawah Kerajaan Majapahit.
Artinya, dari catatan tersebut bisa menjadi bukti adanya Kerajaan atau Keratuan seperti yang ada di Lampung. Tentu saja catatan itu mendedahkan betapa besarnya pengaruh dan kuatnya Kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada hingga diabadikan menjadi nama jalan utama di kota-kota besar yang ada di Indonesia sekarang.
Disebutkan juga Pahang dari wilayah Ujung Medini, Lengkasuka, Kelantan, Trengganu hingga Tumasik, Kelang, Kedah yang berada dalam satu pulau.
Adapun sejumlah negeri yang menjadi tetangga Indonesia sampai hari ini diantaranya seperti Kerajaan Ayodya di Siam, Darmanagari, Campa, Kamboja.
Pertanyaan yang mengusik, adakah Indonesia secara geografi dan geopolitik sekarang ini dapat dikatakan lebih berjaya dibanding masa Kerajaan Nusantara dahulu yang tangguh dan berjaya seperti yang pernah dicapai juah sebelum Kerajaan Majapahit, yaitu Kerajaan Sriwijaya yang sudah berjaya pada kisaran abad ke-7 hingga Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 ?
Dari kerangka berpikir yang historikal yang komprehensif seperti itulah GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang dititipkan Gus Dur dan Susuhunan Paku Buwono XII serta Prof. Dr. KH. Habib Chirzin serta sejumlah tokoh lainnya yang kini diteruskan oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu yang juga ikut mendirikan GMRI bersama tokoh nasional lainnya, sangat relevan mengharapkan terbangunnya kembali gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual bangsa Indonesia untuk memimpin bangsa-bangsa di dunia memasuki peradaban dunia baru dalam jalinan kerukunan yang dipandu oleh etik profetik yang bersumber dari Tuhan, agar tidak semakin tersesat sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dan suku bangsa Nusantara yang berhimpun menjadi bangsa Indonesia cukup mumpuni untuk menjadi pelopor, penggerak utama dan memandu arah masa depan dunia yang lebih baik, lebih beradab dan merdeka secara lahir dan batin seperti gang termaktub dalam mukadimah UUD 1945 yang asli. Dan Pancasila bisa semakin membumi sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi negara mewujudkan maksud dari gemah ripah loh jinawi.
Begitulah rentang sejarah panjang dan besar Suku Bangsa Nusantara yang kini bersatu dan merdeka menjadi bangsa Indonesia, untuk mewujudkan perjanjian luhur bersama menuju kesejahteraan yang berkeadilan.
Nagrak, 19 Mei 2023
(WAG.PerkumMedol/Jacob Ereste)