Selamat Hari Pers Nasional 2022, Bangkit dari Pandemi, Bersama Pers Sebagai Akselerator Perubahan
Bandung,ekspresinews.com
Secara formal, untuk mendalami ilmu jurnalistik di perguruan tinggi berada di jurusan atau fakultas Ilmu Komunikasi.
Sejumlah perguruan tinggi bahkan secara khusus membuka program studi jurnalistik yang menyiapkan alumninya menjadi jurnalis.
Namun fakta berbicara, banyak jurnalis dari dahulu sampai sekarang di tanah air, justru bukan berlatar belakang sarjana komunikasi.
Para jurnalis di Indonesia saat ini berasal dari beragam latar belakang keilmuan, dari Sosial Politik, Sains hingga Teknik.
Lalu bagaimana seseorang yang selama dia kuliah tidak secara khusus mempelajari dunia jurnalistik namun mampu menjadi seorang jurnalis handal, apa kunci suksesnya?
Ketua DPD FPRN rovinsi Jabar sekaligus sebagai Pimred mataperistiwa.id dan Newshunter.id, Agus Wahyudin (Agus Eot) menjelaskan tentang hal tersebut.
Agus yang juga sering menjadi narasumber dalam kegiatan bintek di Polda maupun di Polres-Polres Se-Indonesia menceritakan, Ia merupakan sarjana ekonomi.
Agus awalnya bercita – cita menjadi Pegawai Bank. Namun saat menempuh perkuliahan di ilmu ekonomi, dia tertarik dengan dunia jurnalistik.
Menurutnya dunia kewartawanan sangat menarik, menebar kebaikan melalui informasi yang disajikan ke banyak orang.
“Awalnya saya tidak tahu apa – apa tentang jurnalis, tapi karena tekad yang kuat, saya terus belajar dan menimba ilmu dari para senior, akhirnya bisa seperti sekarang,” kata Agus. Rabu (09/02/2022).
Menurutnya, latar belakang keilmuan seseorang bukan penghalang untuk menjadi penulis, jurnalis.
Ia mengatakan, syarat utama menjadi pewarta adalah adalah minat, keinginginan. Dengan minat tersebut, sesorang akan termotivasi untuk terus belajar, mencari ilmu, mengasah skil menjadi seorang jurnalis.
Cerita Agus Eot itu disampaikannya baru – baru ini saat menjadi salah satu pemateri dalam Workshop Redaksi “Eksis Jadi Jurnalis ” yang digelar FPRN secara Daring, 08 Februari 2022.
Bersama 200 orang Pimpinan Redaksi dan sejumlah Pewarta di Seluruh Indonesia dari berbagai Media, mengikuti workshop tersebut dalam bentuk penjelasan teori dan kemudian materi praktek.
Jurnalis memang menjadi profesi terbuka di tanah air, semua orang dari latar belakang keilmuan berpeluang menjadi pewarta. Kendati demikian untuk menjadi jurnalis juga punya standar.
Pertama dan paling utama adalah sikap profesionalisme yang menunjukkan sebuah komitmen dan kesungguhan seseorang terhadap profesinya harus dilakukan.
Jurnalis wajib memahami hakekat profesinya, mematuhi kode etik jurnalistik dan tentunya mempunyai skil terkait profesi jurnalis misalnnya dalam hal reportase mengolah informasi menjadi berita, antara lain menulis, wawacancara hingga editing.
Keahlian dan kepatuhan pada Kode Etik menjadi Hal yang wajib dimiliki jurnalis atau calon jurnalis, pasalnya karya jurnalistik yang dihasilkan akan dibaca atau didengar atau ditonton publik.
Sikap prorefesional sangat penting, bila terjadi kesalahan dalam pemberitaan misalnya, maka dampaknya bisa dapat sangat serius, oleh karena itu sesuai pesan Agus, kita tidak boleh berhenti, harus terus belajar dan belajar.
Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2022. Bangkit dari Pandemi, bersama pers sebagai akselerator perubahan.
(Red/FPRN)