Search
Tertarik Pasang Iklan ? Hubungi

ARTIKEL : NILAI BUDI LUHUR SANGKURIANG DAN DAHYANG SUMBI*
(Oleh: Ambu Rita Laraswati)

IMG-20220521-WA0042.jpg

ARTIKEL : NILAI BUDI LUHUR SANGKURIANG DAN DAHYANG SUMBI*
(Oleh: Ambu Rita Laraswati)

ekspeessinews.com
Cerita yang tidak asing bagi masyarakat Jawa Barat yaitu ” Sangkuring ” Dan Dahyang Sumbi.

Cerita ini banyak nilai budi pengerti (budipekerti) yang dapat kita petik, nilai negatif dan positif yaitu hitam dan putih.

Sangkuring dalam cerita ini adalah anak yang durhaka pada ibu kandungnya, karena memiliki hasrat cinta dan birahi pada ibu kandung, sangkuring tidak percaya akan hal itu, dia terus mengikuti hawa nafsunya.

Sangkuring yang artinya kekuatan 3 gunung yang membawa kemurkaan alam, gunung ini memiliki nama yang berkaitan dengan kisah Sangkuring yaitu: Takuban perahu, Burangrang, Bukit tunggul.
Artinya:
Perbuatan yang di larang akan menutup hati dan rasa kita menjadi hitam dan gelap, mengakibatkan diri kita menjadi manusia tunggul yang mati dan tidak dapat tumbuh pucuk muda.

Pesan moral dari cerita Sangkuring adalah kita harus tahu adab dan adat pada orang tua, kita belajar menahan diri yaitu hawa nafsu, ego atau keinginan, harus percaya pada orang lain.
Dengan emosi dan hawa nafsu dapat menyebabkan permasalah baru. Sifat dan tindakan sangkuring yang emosi hingga menendang perahu yang ahirnya terbalik (nangkup/tengkurab) hingga perahu itu tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Artinya tertutup nilai kebaikan, rejeki, dimana fungsi perahu adalah berlayar di danau, lautan dapat digunakan mencari ikan dan fungsi lainya. Kita hidup dalam dunia harus mengerti tatanan dan aturan hidup, ibu adalah sosok yang harus kita hormati, bukan untuk pemuas nafsu.

Dahyang Sumbi adalah tokoh perempuan yang menjadi ibu kandung Sangkuriang. Tokoh ini memiliki nilai budi yang baik, hidupnya dalam penderitaan diakibatkan kata-kata yang muncul dari bibirnya, namun Dahyang Sumbi komitmen dengan ucapan, dan menyakini takdir dari Tuhan, ucapan yang keluar dari bibirnya adalah ucapan dari nurani, hati dan rasa, bahwa ucapan itu adalah arahan Tuhan, maka dia harus mentaati. Dahyang Sumbi siap menjadi istri dari seorang laki- laki biasa, jelek dan bukan dari keturunan kasta yang tinggi.
Artinya Dahyang Sumbi memiliki sifat dan jiwa yang mulia, tidak menilai seorang dari pangkat dan derajat namun dari kemurnian hati, ketulusan, dan kebaikan.
Maka Dahyang Sumbi menjadikan lelaki yang mendengar ucapannya yaitu Tumang menjadi suaminya.
Walau orang tuanya, tidak setuju, tapi tekat Dahyang Sumbi untuk memenuhi janji ucapan tetap teguh, walau ahirnya harus hidup di asingkan, dan dibuang ke hutan, bersama Tumang sang suami.

Dahyang artinya roh- roh yang tidak terlihat oleh mata dohir, lelembut, roh Suci yang ada pada air, tanah, matahari, angin, pepohonan, rerumputan. Di hutan Dahyang Sumbi berteman dengan alam, menyatu dengan unsur alam, dia hidup dari alam lingkungannya. Dia bertahan hidup dengan memperdayakan alam, sehingga alam mengasihinya, para Danghyang alam menjaga dan menolongnya, melindungi nya.
Artinya kita hidup jangan mengabaikan alam lingkungan, air, tanah, pohon, rerumputan adalah leluhur yang menghidupkan kita. Alam harus dijaga dan kita harus bersahabat dengan alam, biar alam terus menjaga kehidupan kita.

Sifat kasih sayang terbentuk dalam diri Dahyang Sumbi, maka dia menjadi manusia yang penuh rasa rumasa yang luhur. Karakter Dahyang Sumbi menjadi pribadi yang berani, ramah, sabar, penuh cinta kasih pada semua mahluk Tuhan. Dia adalah sosok perempuan yang mulia dan berbudidaya luhur.

Sumbi artinya tongkat, suatu alat untuk membantu dalam menenun kain, jika tongkat itu tidak ada, maka tidak bisa mengerjakan menenun.
Tongkat itu adalah benda yang utama. Jika hilang maka proses menenun terhenti, oleh karena itu siapa yang menemukan dan membawa tongkat itu di hadapannya, jika laki-laki maka ia akan dijadikan suaminya.

Filososi tongkat adalah kemanunggalan mahluk pada Tuhan yang menciptakan. Bisa dikatakan juga ” Tauhid
Intinya manusia pilihan adalah manusia yang menyatu dengan roh kudus suci Tuhan.

Cerita Sangkurinang dan Dahyang Sumbi ini dapat kita jadikan pelajaran, ajaran dalam kehidupan dibidang apa saja.

Seorang pemimpin jika ingin menjadi pemimpin keluarga, negara dan bangsa, harus menghilangkan sifat dan karakter Sangkuriang, namun ambilah nilai dari sifat dan karakter Dahyang Sumbi.
Menjadi manusia yang manunggal dengan Tuhan.

Hana nguni hana mangke
Tan hana nguni tan hana mangke

Ada dahulu ada sekarang, tidak ada dahulu maka tak akan ada sekarang.

Hung Agung….

Wayah wanci lungsur Dahyang gunung Sunda.
Bandung 20 Mei 2022
(Red/WAG-LBP/Hidayat)
#Diakses MC Bulletin AMPER@ PressTASI dan PUSAKA

Berita Lainya...

Verified by MonsterInsights