Search
Tertarik Pasang Iklan ? Hubungi

KISAH PANGERAN PASAREAN
Putra Mahkota Cirebon Pengabdian berhujung Nyawa

IMG-20220612-WA0010.jpg

KISAH PANGERAN PASAREAN
Putra Mahkota Cirebon Pengabdian berhujung Nyawa

Pangeran Pasarean yang mempunyai nama asli Pangeran Muhamad Arifin dalam sejarah Cirebon disebut sebagai salah satu anak Sunan Gunung Jati yang cukup ternama, beliau merupakan anak Sunan Gunung Jati dari Rara Tepasan, Putri dari kerajaan Majapahit.

Dalam Naskah Mertasinga disebutkan bahwa Rara Tepasan merupakan istri ke IV Sunan Gunung Jati.
Rara Tepasan merupakan satu-satunya wanita Jawa yang dinikahi oleh Sunan Gunung Jati, selain itu Rara Tepasan juga dikisahkan sebagai wanita yang paling cerdas dalam tata kelola keraton, mengingat Rara Tepasan merupakan Putri dari Ki Ageng Tepasan yang dahulu dididik di Istana Kerajaan Majapahit, oleh karena itu ia sangat akrab dengan tata kelola keraton.

Pangeran Pasarean merupakan anak bungsu dari Rara Tepasan, ia mempunyai kakak perempuan yang bernama Ratu Ayu Wanguran. Kakak perempuana satu-satunya itu kelak menikah dengan Pangeran Sabrang Lor, atau Pati Unus yang kemudian menjabat sebagai Sultan Demak ke II.

Selama hidupnya, Pangeran Pasarean pernah menikah dua kali, yaitu dengan Ratu Dewi anak dari Ki Arya Kedung Soka, dan menikah dengan Ratu Nyawa, anak Raden Patah, Sultan Demak I

Dengan Ratu Dewi, Pangeran Pasarean tidak dikaruni anak dalam pernikahannya dengan Ratu Nyawa, Pangeran Pasarean dikaruniai 6 orang anak, yaitu:

  1. Pangeran Kasatrian
  2. Pangeran Panembahan Losari
  3. Pangeran Sedang Kemuning/Swarga
    (Berjuluk Dipati Carbon I)
  4. Ratu Bagus
  5. Ratu Mas Tuban
  6. Pangeran Raju

Dalam sejarah Cirebon, Pangeran Pasarean merupakan putra mahkota, ia diangkat menjadi putra mahkota setelah kakak tirinya Pangeran Bratakelana yang kala itu menjabat sebagai Putra Mahkota wafat dibunuh oleh perompak ditengah laut.

Ratu Nyawa sendiri pada mulanya merupakan istri kakaknya, akan tetapi selepas kewafatan kakak-nya, ia diperintahkan oleh Sunan Gunung Jati untuk mengawini janda kakaknya, tujuannya agar hubungan antara Cirebon dan Demak terus terjalin dengan erat.

Meskipun direncanakan akan dijadikan Sultan Cirebon pengganti Sunan Gunung Jati, tapi rupanya Pangeran Pasarean wafat mendahului ayahnya, beliau wafat karena sakit terbunuh dalam huru hara kekuasaan di Demak.

Sebelum menikah dengan janda kakak-nya, Pangeran Pasarean mulanya ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati sebagai penjaga tapal batas Kesultanan Cirebon dengan Rajagaluh, akan tetapi selepas kematian kakaknya Pangeran Pasarean kemudian pindah ke Demak untuk mengabdi disana hingga kewafatannya.

PENGABDIAN DI DEMAK

Tugas yg diemban Pangeran Pasarean di Kerajaan Demak adalah sarana merekatkan hubungan baik antara Cirebon dan Demak sekaligus menjadi mantu dari Raden Patah Raja Demak.

Pendiri Kerajaan Demak, Raden Fatah merupakan menantu dari Bhre Lasem Pangeran Wironegoro yang dalam sejarah babad tanah jawi sering pula disebut sebagai Penguasa Jipang/Raja Jipang.

Dari Pernikahan Raden Patah Dan Putri Jipang/Nyai Putri Sholechah membuahkan 2 Putra yaitu

  1. Raden Kikin / Pangeran Sedo Ing Lepen
    Pangeran Suryowiyoto
    ( Ayah Aryo Penangsang)
  2. Nyai Ratu Nyawa
    Menikah dengan Pangeran Pasarean
    ( Ibu Pangeran Carbon1)

Dengan demikian, Pangeran Pasarean otomatis menjadi keluarga kerajaan Demak Bintoro. Hubungan beliau dengan Raden Kikin adalah sebagai adik Ipar.
Pangeran Surowiyoto alias R. Kikin adalah putra pertama dari Raden Fatah Sultan Demak Bintoro Bin Prabu Brawijaya V Majapahit. Ibunya bernama Putri Solekha, anak dari pasangan Pangeran Wironegoro Adipati Lasem (Bhre Lasem) dengan Nyai Ageng Malokha, putri dari Raden Rahmat Sunan Ampel.

Isteri Pangeran Surowiyoto bernama Putri Ayu Retno Panggung anak dari pasangan Adipati Djipang Ratu Ayu Retno Kumolo Binti Prabu Brawijaya V Majapahit dengan Ki Hajar Windusana. Pangeran Surowiyoto dan isterinya Putri Ayu Retno Panggung adalah saudara sepupu, karena keduanya merupakan cucu dari Prabu Brawijaya V, sang Maharaja Majapahit.

Pangeran Surowiyoto memiliki 2 (dua) orang putra bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram. Menurut cerita tutur yang masih terpelihara turun-temurun pada masyarakat Lasem menyebutkan bahwa Pangeran Surowiyoto adalah Sang Adipati Babagan. Ada juga sumber yang mengatakan beliau pernah menjabat sebagai Adipati Caruban, Binangun, juga Adipati Djipang.

wal_Mula_Kegaduhan_Demak

Setelah Kematian Raja Demak Ke II yaitu Pangeran Sabrang Lor / Dipati Unus, timbul perebutan kekuasaan antara Raden Trenggono dan Raden Kikin. Hal ini semakin memanas disaat terjadi pembunuhan Raden kikin selepas Sholat oleh Sunan Prawoto putra Raden Trenggono.

Akhirnya Raden Trenggono diangkat Menjadi Sultan Demak Yg ke III menggantikan Dipati Unus yg meninggal di Malaka disaat Berperang Melawan Portugis. Raden Trenggono memerintah Kerajaan Demak dengan baik dan Untuk sementara waktu kehidupan bernegara di Demak bisa kondusif.

Situasi menjadi memanas kembali disaat Raden Trenggono / Raja demak III wafat.
Raden Prawoto diangkat menjadi Sultan Demak yang ke IV dimana Arya Penangsang sebagai Anak dari Raden Kikin/Pangeran sedo ing Lepen menuntut Bela Pati atas Raden Pranoto
Dan ini berlangsung sengit dan mengakibatkan terpecahnya keluarga besar kerajaan Islam Demak.

Situasi seperti ini yang membuat Pangeran Pasarean menghadapi hal yang sulit. Karena di posisi menjadi Paman Bagi Para Keponakan yang bertikai. Hal ini sempat dikonsultasikan ke Ayah beliau yaitu Sunan Gunung jati di Cirebon karena berkenaan dengan adanya Huru hara yg memanas di demak.

Diceritakan di Babad Demak, pangeran pasarean terseret arus pembelaan salah satu Pihak, yg sebenarnya beliau berusaha se netral dan sebijaksana mungkin atas situasi ini, tapi Pihak dari Arya Penangsang/jipang , menganggap Pamannya tidak berpihak kepadanya.

Maka disusunlah rencana Huru hara yg mengakibatkan Raden/ Sunan Prawoto dan Istri berhujung kematian demikian juga terjadi hal yang sama. Pangeran Pasarean terbunuh dalam kejadian tersebut. ( ada versi lain, pangeran Pasarean melerai pertikaian senjata lalu tanpa sengaja terluka dan dari luka tersebut mengakibatkan sakit beberapa hari dan akhirnya meninggal dunia (1546)
Dalam peristiwa tersebut Istrinya Ratu Nyawa yang turut mendampinginya berhasil selamat.

Pada peristiwa huru-hara di kesultanan Demak juga terbunuh Pangeran Hadiri (suami dari Ratu Kalinyamat (Ratna Kencana), putri pertama Sultan Trenggana sekaligus Adipati Jepara.

Pangeran Pasarean sejatinya dalam keadaan buah simalakama, posisi yg serba salah, di waktu yg salah, di tempat yg salah. Tapi itulah sejarah yg tercatat. Semua telah Terjadi.

Sunan Gunung Jati sangat berduka disaat mendengar Pangeran Pasarean Meninggal dunia, sebagai Putra Mahkota yg kelak akan menggantikan beliau ternyata sudah mendahuluinya.
Peristiwa Demak yang menewaskan Muhamad Arifin alias Pangeran Paseran , menyebabkan Susuhunan jati (ayahnya) merasa berduka dan mengambil sikap, dan beliaupun mendukung penobatan Hadiwijaya (Pajang). Tak cukup sampai disitu, Susuhunan Jati mengirimkan Panembahan Ratu, cicitnya untuk berguru kepada Hadiwijaya (selama 16 tahun), untuk kemudian ia dinikahkan dengan putri Hadiwijaya.

Tahun itu adalah Tahun kedukaan bagi Kerajaan Cirebon. Jasad beliau dimakamkan di Amparan Jati, demikian istri dan anak anak Pangeran Pasarean kembali ke cirebon untuk mengurus kerajaan. Kejadian ini dikenang sepanjang masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati, sampai Sunan Gunung Jati meninggal dunia (1568) dan tercatat dalam babad cirebon setelah pangeran Pasarean wafat, Kegiatan Sunan Gunung Jati di dalam Dewan Walisongo tidak aktif, dan di ganti generasi selanjutnya.

Seperti kita ketahui, Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, lalu ditunjuklah Pangeran Dipati Carbon yg akan melanjutkan kepemimpinan Cirebon, namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565 M.

Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan, menantu Syarif Hidayat yang menikahi Nyi Mas Ratu Ayu. Fadillah Khan kemudian naik takhta dan memerintah Cirebon secara resmi pada tahun 1568 – 1570 M. Fadillah Khan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.

Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain, takhta kesultanan jatuh kepada cucunya, atau cicit dari Syarif Hidayat, Pangeran Emas putra tertua Pangeran Suwarga hasil pernikahannya Fatahillah dengan Nyi Mas Ratu Ayu (putri Syarif Hidayat). Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun (1570 – 1649).

Panembahan Ratu 1 wafat pada tahun 1649 kemudian diteruskan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II yang berkuasa pada tahun 1649 – 1677 M.

SILSILAH_PUTRA2_PANGERAN_PASAREAN

Hasil pernikahan Pangeran Pasarean dengan putri Raden Patah, menyebabkan menyambung darah dengan Demak Pajang Lasem. Tidak banyak yg mengungkap tentang hal ini, bahwa pangeran Carbon 1 / Sendang Kemuning ( Putra Pangeran Pasarean) bergaris Darah Ibu dari Kerajaan Demak-Pajang-Lasem

Untuk itu Susun Silsilah garis ibu sebagai berikut.

1 Sri Rajasa Duhitendu Dewi / Raja Lasem
2 Bhre Barda Wardhana / Dipati Lasem
3 Bhre Wira Badra / Dipati Lasem
4 Bhre Badra Nala x Putri Campa

5.Bhre Wira Braja

  1. Bhre Wiranegara / Dipati Lasem/ Penguasa
    Pajang x Nyai Putri Maloka bin Sunan Ampel
  2. Raden Ayu Sholechah x Raden Patah
  3. Ratu Ayu Nyawa x Pangeran Pasarean
  4. Raden Swarga/Sendang kemuning

10. Pangeran Emas/ Panembahan Ratu

Selanjutnya bila disambung ke silsilah Raden Wirawangsa (Tumenggung wiradadaha I) dan Raden Soemaredja adalah =

  1. Pangeran Arya Suryadiwangsa
  2. Raden Ayu Sudasah
  3. Sareupeun Cibuni Agung
  4. Raden Wirahadiningrat
  5. Raden Wirawangsa (Tumenggung Wiradadaha 1) Sukapura
  6. Raden Anggadipa / Dalem sawidak
  7. Raden Indrataruna / Patih Sukapura
  8. Raden Indrapraja / Wedana
  9. Raden Soemaredja / Ayah Jiin Pulokalapa

X = Menikah

Semoga menjadi manfaat.
Penyusun silsilah
H.Temmy Setiawan
(Generasi KeVI Rd Soemaredja)

Kepustakaan:

Mpu Santibadra. Veda Sabda Badra Santi
Panji Karsono. 1920. Carita (Sejarah) Lasem
Babad Demak
Babad Cirebon
versi mataram

Apabila cirebon*
nyimas babadan punya anak.
Ratu ongtien punya anak.

Sungguh berbeda

Berita Lainya...

Verified by MonsterInsights