ARTIKEL,ekspresinews.com
Kesimpulan dari diskusi rutin di Forum Mingguan Klinik Hukum Merdeka semasa almarhum Kang Benny Akbar Fatah masih sehat tahun 2002, kecenderungan yang harus mampu diatasi dari pola kaum pergerakan yang cenderung seperti “lomba balap karung” harus menjadi kesadaran dalam tata kelola Forum Diskusi Rutin Bulanan Klinik Hukum Merdeka yang bermarkas di Jl. Pramuka Raya, Komplek Bina Marga, Jakarta Timur.
Empat orang dedengkotnya kini sudah tiada, yaitu almarhum Babe Ridwan Saidi, Donni Ruhiyat, dokter Andi Azhari dan Kang Eben sendiri yang giat bekerja dalam senyap tanpa pamrih hingga akhir hayat beliau semua.
Kecenderungan dari pola gerakan yang dilakukan semacam “balap karung” ini, ditandai oleh hasrat untuk selalu tampil didepan tanpa pernah mau dan ikhlas bekerja keras untuk membangun gerakan yang sistemik, massif dan terstruktur. Itulah sebabnya pada Forum Diskusi Rutin Bulanan yang disponsori secara tinggal oleh Klinik Hukum Merdeka besutan Kang Benny Akbar Fatah sempat berlangsung guyub dan gayeng hingga puncaknya harus dihentikan oleh pihak aparat setempat.
Aktivitas Forum Diskusi Rutin Bulanan Klinik Hukum Merdeka itu sengaja dilakukan dengan menghadirkan ragam nara sumber dari berbagai bilik dan habitat sehingga, benar-benar dapat menjadi acuan bandingan dalam beragam kemungkinan yang dapat disimpulkan untuk menemukan jalan keluar terbaik dan menjadi acuan pegangan bagi semua pihak. Karena itu nara sumber yang sempat mengisi acara diskusi di Klinik Hukum Merdeka itu mulai dari kalangan politisi, aktivis pergerakan, aktivis kampus, kalangan tokoh agama hingga mereka yang selama ini dianggap berseberangan cara berpikir maupun ideologinya.
Kegundahan hati para aktivis pra reformasi 1998 pada hari ini — setelah 25 tahun berlalu — toh sama saja seperti yang menjadi masalah psikologis bawaan para aktivis ketika itu, sampai hari ini tidak juga berubah. Minimal dalam klaster pejuang yang menginginkan indonesia segera kembali kepada UUD 1945, dapatlah diusut sampai perintis pertamanya yang dilakukan oleh almarhum Dolly Yatim. Setidaknya, pemilik naskah asli yang khusus membahas UUD 1945 itu, sudah penulis miliki dari Dolly Yatim jauh sebelum naskah Pembahasan UUD 1945 menjadi topik bahasan banyak orang.
Itulah sebabnya, ketika Dolly Yatim Wafat, penulis meminta kepada sejumlah aktivis untuk segera membukukan naskah otentik yang disusun oleh almarhum semasa hidupnya itu dengan segenap argumennya yang otentik untuk kembali kepada UUD 1945 yang asli. Tetapi hasrat untuk membukukan naskah yang nyaris lengkap alasannya untuk dapat kembali kepada UUD 1945 yang asli sebelum dilakukan amandemen pada tahun 1999 – hingga tahun 2002 itu. Sayanya harapan penulis tidak terwujud untuk memperingati 40 hari wafat aktivis yabg gigih berjuang untuk mengembalikan UUD 1945 pada yang naskah aslinya itu. Gagasan ini utamanya penulis sampaikan kepada Bowo dan Dharmo selaku sohib almarhum yang relatif dekat. Tentu saja harapan penulis, dengan terbitnya naskah yang mengawali gagasan untuk mengembalikan naskah UUD 1945 yang sudah diacak-acak oleh MPR RI itu, dapat segera dilakukan seperti yang diinginkan Dolly Yatim almarhum. Penerbitan draff naskah kembali ke UUD 1945 yang asli ini sungguh sangat diharap dapat segera terwujud seperti buku yang menandai perjalanan aktivis Agus Lenon untuk menandai dedikasi mereka yang gigih berjuang untuk bangsa dan negara Indonesia tanpa amrih.Karens mereka sebagai aktivis pergerakan telah mewakafkan dirinya dengan sepenuh hati untuk bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini
Berbagai kelompok yang sempat mengerucut menyatu dengan tujuan yang sama hendak mengembalikan UUD 1945 kepada yang asli –karena UUD 1945 hasil amandemen tahun 1999 hingga tahun 2002 dianggap palsu, bahkan ada yang menyebutnya sebagai upaya kudeta terhadap konstitusi — sudah ditandai oleh kelompok yang kompak dan menyatu itu, kini terkesan kembali terbelah, sehingga rakyat awam menjadi semakin bingung.
Acara konferensi pers G45 (Gerakan Kembali ke UUD 45 Yang Asli) berlangsung pada 17 November 2023, di Sotis Hotel, Pejompongan, Jakarta Pusat. Tokoh penggeraknya antara lain Edwin Soekowati, Daniel Rosyid, Heppy Trenggono, Laide Kamaludin, Adian Radiatus, Din Syamsudin, Hatta Taliwang, Muhsin Ahmad Alattas, Tafauziah Tyassuma dan Tony Hasyim, Sayuti Asyathri, Nurhayati Assegaf, Siti Fadilah Supari, Suharyo serta Ponco Sutowo.
Padahal sebelumnya publik tahu, deklarasi Dewan Presidium Konstitusi yang mendesak MPR RI untuk segera menggelar Sidang Istimewa yang mengusung agenda tunggal mengembalikan sistem bernegara bagi bangsa Indonesia telah dilakukan di Gedung Nusantara IV Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada 10 November 2023 sebagai kelanjutan dari acara yang dilakukan di Gedoeng Joeang 45 pada awal November 2023 sebagai satu kesatuan acara serta kelompok penggagas awal dari deklarasi itu.
Ketika itu, inisiatif acara tampaknya telah diambil oper sepenuhnya oleh DPD RI yang dikomando AA. La Nyala Machmud Mattalitti yang menggandeng sejumlah tokoh lain yang tak lagi sepenuhnya diikuti oleh inisiatornya terdahulu. Setidaknya ketika acara dilakukan di Komplek Parlemen Senayan ketika itu, tak lagi ada sosok Hatta Taliwang, Yudhie Haryono, Zoelkifli Ekomey, dan Edwin Soekowati.
Adakah kondisi serupa ini sungguh seperti yang dimaksud dari “tradisi balap karung” atau sedang berlomba memanjat pohon pinang seperti pada acara tujuh belasan seperti tersebut diatas yang telah menjadi keprihatinan aktivis sebelumnya. Gejala semacam itu seperti yang ingin dienyahkan kawan-kawan aktivis pergerakan dulu yang tergabung bersama Klinik Hukum Merdeka pada 20 tahun silam ?
Wallahu Allah bi sawab ! Semoga saja dugaan ini tidak sedang terjadi di negeri ini. Sehingga rasa cemas dan kekhawatiran seperti dugaan di atas tidak sungguh-sungguh terjadi. Sebab semangat dan gairah dalam kebersamaan kaum aktivis pergerakan sungguh sangat percaya bahwa untuk melakukan perubahan guna mengatasi krisis di Republik ini tidak bisa dilakukan sendiri. Apalagi dengan sikap ego dan kepongahan semacam sosok yang paling hero. Namun yang pasti, semua itu tetap memberikan pelajaran yang bijak dan nyata, bila sikap jumawa memang tak layak dibiarkan membiak liar dalam perjuangan yang harus dilakukan dengan ikhlas dan tulus.
Banten, 18 November 2023