Search
Tertarik Pasang Iklan ? Hubungi

KISAH/SEJARAH BERDIRINYA DESA KALIWEDI KABUPATEN CIREBON

IMG-20220224-WA0004.jpg

KISAH/SEJARAH BERDIRINYA DESA KALIWEDI KABUPATEN CIREBON

Ki Surya angkasa adalah Putra dari istri selir Prabu Siliwangi yang datang merantau dari Garut (Padjajaran) untuk mencari dua saudaranya pangeran walangsungsang(ki kuwu sangkan) dan nyi mas rara santang yang sdang menuntut ilmu di Cirebon ketika singga di astanajapura. Ia mendapatkan ilmu aji ”bandung bandawasa”. Kemudian menuju kawasan hutan yang didalamnya terdapat sebuah sungai yang penuh dengan pasir disebelah barat laut untuk babad hutan, dan dijadikan pedukuhan sebagai tempat dan “wedi”(bhs.jawa)berarti pasir. Ia kemudian dikenal sebagai ki gede kaliwedi.

Di samping Gellar kigede kaliewdi. Ki surya angkasa banyak memiliki gelar dan julukan. Konon ia mempunyai sebutan hingga 101 nama, seperti ki tulus, ki jopak, ki agus, ki syeh mangkujati. Oleh karena ia saudara ki kuwu sangkan, maka apabila warga desa kaliwedi mengadakan “hajat ngunjungan” selalu lebih dahulu diawali dari astana gunung jati. Ketika dalam perjalanan menuaikan ibadah haji ke mekkah dengan menaiki “macung”. Ki surya angkasa mendapat serangan raksasa ombak sailon. Dengan mengguankan “bedama pusaka” (zimat) tombak sigagak, ia tusukkan tombak itu ke perut raksasa hingga mati dan tombaknya tetap menancap di peutnya sedangkan werangka(sarungnya )dapat di bawa pulang, dan masih hingga sekarang.

Sebelum mati raksasa ombak sailon itu sesumbar akan membalas dendam kepada anak keturunan ki surya angkasa yang menunaikan ibadah haji melalui jalan laut dan melewati ombak sailon. (oleh karena itu orang kaliwedi pantang menunaikan ibadah haji melui jalan lautan, namun sejak pemerintah menggunakan jasa angkutan kapal udara. Masyarakat kaliwedi banyak yang menunaikan ibadah haji). Setelah pertarungan yang melelahkan itu. Ki surya melajutkan perjalanannya untuk menunaikan ibadah haji ke mekah. Sekembalinya dari mekah ia mendapat gelar Haji Syeh Mangkuraji.

Dalam sebuah perjalanan kedesa heleut, ia sempat melihat putri heleut sedang mandi dikolam tanpa sehelai benang pun melilit di tubuhnya. Melihat keadaan demikian timbullah birahi ki surya angkasa. Oleh karena ia seorang sakti mandraguna nafsu birahinnya dapat diredam. Namun akibat birahinya itu putrid heleut menjadi hamil. Lama-kelamaan kandungan sang putri semakin besar hingga lahirlah seorang anak laki-laki. Rasa malu pun menguluti diri sang putri karena mempunyai anak tidak berayah. Untuk menghilangkan rasa malu itu, dengan penuh haru, anak yang baru dilahirkannya itu dibuang ke sungai ciwaringin. Di sebuah desa(sekarang desa gegesik kulon) seorang perempuan sedang mencari ikan di sungai ciwaringin.

Perempuan yang bernama Nyi Cupang itu tiba-tiba dikagetkan dengan benda terapung (kambang bhs. Jawa) yang lewat persis dihadapanya. Dia semakin setelah benda itu dibuka ternyata didalamnya berisi seorang bayi laki-laki yang masih merah. Bayi merah yang kemudian di beri nama limbang (artinya ditemukan di kali dan kembang) itu dibawanya pulang dan di pelihara sebaik-baiknya sebagai anugerah yang Maha Kuasa, karena ia telah tinggal cukup lama seoarang diri setelah ditinggal mati oleh suaminya.

Putra-putri Ki Surya ada lima orang:
Ki Limbang, kuwu di ujungsemi
Ki Penganten, yang meninggal dunia terkena racun beberapa saat sebelum menikah dengan anak Ki Selapada
Ki Rawiyah
Ki Jeman
Ki Tresna

Zimat-zimat Kaliwedi:
Wayang semar, dibuat dari kulit ular putih penghuni daerah kaliwedi yang kalah perang melawan ki surya angkasa. Ular tersebut ular tersebut meminta sehidup semati dengan kisurya angkasa, dan merelakan kulitnya dijadikan zimat.
Terbang (rebana)
Keris si jangkung
Tombak si gagak (tinggal werangkahnya), senjata yang digunakan ki surya angkasa menumpas raksasa ombak sailon ketika pergi menunaikan ibadah haji.
Primbon suprada
Tumbak cis panetep jagad
Zimat-zimat tersebut diatas masih ada dan disimpan oleh juru kunci pemakaman mbah buyut kaliwedi.

Tahu( larangan-larangan) anak cucu kaliwedi yang hingga kini masih di percaya oleh sebagian warganya :
Kawin dengan orang bunder
Memakai kerincingan, kuncungan gewengan keranjang
Mengucapkan kata” fulus”akan tetapi harus diganti dengan kata”ciyos” (bhs. Sunda)
Pada tahun 1984 desa kaliwedi dimekarkan menjadi dua desa :

  1. Desa Kaliwedi Kidul
  2. Desa Kaliwedi Lor

(Jurnalist Warga Harun Sutejo WAG ABS/Red)

Diakses bulletin PUSAKA dan PressTASI

📲 0818 0239 2556 dan 0831 4822 3467

Berita Lainya...

Verified by MonsterInsights